Seminar Internasional ke-7 Kerjasama UR – UKM Hadirkan Pembicara Utama dari Malaysia dan Singapura

www.unri.ac.id – Universitas Riau melalui Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FAPERIKA) bersama dengan Institut Alam Tamandun Melayu (ATMA) Universiti Kebangsaan Malaysia menyelenggarakan seminar Internasional ke 7 “Ecology, Human Habitat and Environmental Change in the Malay World” yang diadakan selama dua hari yakni Selasa dan Rabu (19-20/08) yang lalu.

Bertempat di Hotel Pangeran, Pekanbaru, seminar tersebut mengupas tentang ekologi dan sosial yang melingkupi berbagai aspek kehidupan manusia. Seminar internasional tersebut menghadirkan beberapa pembicara dari beberapa Universitas baik didalam maupun diluar negri yaitu Prof. Dr. Amri Marzali (Antropology, Universitas Indonesia), Prof. Madya. DR. Zuliskandar Ramil (Universiti Kebangsaan Malaysia), Dr. Shah Alam (National University of Singapore) dan DR. Erdi, M.Si (Universitas Tanjung Pura). Acara seminar semakin meriah dengan dimoderatori oleh Accos. Prof. DR. Mashitoh Yacoob dari UKM.

UR UKM 1
Suasana pembukaan Seminar Internasional ke – 7 kerjasama UR – UKM “Ecology, Human Habitat and Environmental Change in the Malay World” (foto: Antara Riau)

UR UKM 2
Keynote Speakers (Pembicara Utama) yang berasal dari Universiti Kebangsaan Malaysia, Universitas Singapura, Universitas Indonesia dan Universitas Tanjung Pura tengah memaparkan karya ilmiah mereka dengan didampingi moderator Accos. Prof. DR. Mashitoh Yacoob dari Malaysia (foto: Hizra BPTIK UR)

Acara dibuka langsung oleh Pembantu Rektor IV UR, Dr. Adhy Prayitno. Dalam pidatonya beliau menyatakan bahwa tujuan seminar internasional untuk melakukan diskusi antar ilmuwan dan peneliti antar negara. Khususnya dalam memecahkan masalah dari segala aspek kehidupan termasuk permasalahan sosial.

“Permasalahan ekologi, habitat manusia dan perubahan lingkungan yang selalu terjadi tidak bisa diselesaikan secara sendiri. Indonesia butuh kerjasama dengan negara luar terutama dengan bidang akademis agar dapat dilakukan pemikiran, kajian serta penelitian mendalam untuk menuntaskan pokok permasalahan yang terjadi.” ucapnya.

Ditemui diacara yang sama, Dekan FISIP UR, Dr Ali Yusri menuturkan bahwa seminar ini sangat penting untuk menjalin kerjasama dengan luar negeri dalam hal penelitian dan publikasi. Apalagi sesuai kebijakan pemerintah pusat, pendidikan di Indonesia juga harus mampu berperan di level Internasional. 

“Kami juga ingin menjadikan akademisi berkualitas dalam komunitas Internasional. Jadi tidak hanya berperan pada level Nasional melainkan di level Internasional. Tak tertutup kemungkinan suatu saat negara Eropa juga ikut bergabung,” ungkap Ali Yusri yang juga turut menjadi Narasumber (Penyaji) dalam acara seminar.

UR UKM 3
Para panitia acara berfoto bersama Prof. Aras Mulyadi, DEA pada Welcome Dinner Seminar Internasional ke 7 yang diadakan di Hotel Pangeran Pekanbaru (foto: riauterkini.com)

Tampak hadir 53 narasumber dan ratusan peserta dari Universitas yg berasal dari Malaysia, Singapura, Brunei, Jakarta, Bandung, Kalimantan dan Riau. Sebelumnya acara dimulai dengan Welcome Dinner yang diadakan tepat satu hari sebelum hari Seminar diselenggarakan (18/08) di Ruang Mirror Pangeran Hotel, dimana acara tersebut dibuka oleh Pembantu Rektor I UR Prof. Aras Mulyadi, DEA.

Ketua Panitia Seminar Internasional, Drs. M. Saeri M.Hum, mengatakan berbagai hasil kajian tersebut selain diterbitkan dalam jurnal online Dikti dan jurnal UR sekaligus juga diharapkan dapat berkontribusi dalam mendukung percepatan pembangun di pusat dan daerah terutama yang berpihak pada lingkungan. Ketua Panitia yang juga dosen Hubungan Internasional tersebut menyebutkan pentingnya isu global menjadi pembahasan pokok lebih akibat makin maraknya perubahan habitat hidup manusia yang diyakini sangat berdampak negatif terhadap prilaku manusia.

“Mirisnya, bahkan generasi yang akan datang belum tentu bisa memiliki lahan untuk hidup dan budaya yang baik dan bila gagal mereka tentunya akan masuk pada prilaku menyimpang. Mereka akan cenderung menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul diluar koridor hukum akibat jaminan sosial, jaminan hukum yang disediakan masyarakat di Indonesia terlalu kecil,”  ungkapnya. **(Hizra BPTIK UR dan berbagai koran lokal)